5 Dampak Garam pada Bayi
Bagi orang dewasa, menyantap makanan tanpa atau kurang garam dapat terasa hambar. Hingga akhirnya Anda tidak lagi bersemangat menghabiskan penganan itu. Namun bagi anak di bawah satu tahun, menu tanpa garam sudah terasa nikmat. Bukan sebab mereka belum mengerti rasa. Melainkan karena indera pengecapannya masih sangat sensitif. Sehingga rasa asin yang merupakan bawaan dari makanan itu bisa terkecap enak di mulut.
Selain belum membutuhkan bantuan garam untuk rasa, mereka pun sebaiknya menjauhi bumbu yang satu ini. Mengonsumsi garam secara berlebih, dapat berisiko terhadap kesehatan bayi. Berikut beberapa potensi dampak buruk garam pada buah hati Anda:
1. Ginjal
Menurut ahli gizi dari Universitas Kristen Indonesia (UKI), Leana Suniar, ginjal anak di bawah satu tahun belum dapat bekerja secara sempurna. Saat dia mengonsumsi garam berlebih, maka ginjal akan bekerja ekstra untuk menyaring kandungan natrium dan mineral yang terkandung di dalamnya. Hingga akhirnya bisa memicu pembengkakan ginjal.
Menurut ahli gizi dari Universitas Kristen Indonesia (UKI), Leana Suniar, ginjal anak di bawah satu tahun belum dapat bekerja secara sempurna. Saat dia mengonsumsi garam berlebih, maka ginjal akan bekerja ekstra untuk menyaring kandungan natrium dan mineral yang terkandung di dalamnya. Hingga akhirnya bisa memicu pembengkakan ginjal.
"Jangan samakan kebiasaan orang dewasa dengan anak-anak. Karena kebutuhan tubuh setiap usia jelas berbeda," kata Leana.
2. Nafsu makan
Pada masa awal pertumbuhan, bayi mulai mengingat cita rasa dari makanan yang masuk ke mulut. Kebiasaan mengonsumsi garam, dapat membentuk persepsi kenikmatan dalam pikiran anak. Kondisi ini pun akan memotivasi anak memilah makanan ketika beranjak dewasa. Seperti hanya menyuka makanan berasa asin, sementara menjauhi sayuran yang terasa hambar.
Pada masa awal pertumbuhan, bayi mulai mengingat cita rasa dari makanan yang masuk ke mulut. Kebiasaan mengonsumsi garam, dapat membentuk persepsi kenikmatan dalam pikiran anak. Kondisi ini pun akan memotivasi anak memilah makanan ketika beranjak dewasa. Seperti hanya menyuka makanan berasa asin, sementara menjauhi sayuran yang terasa hambar.
Perlu diingat, hingga usia enam bulan bayi masih membutuhkan ASI sebagai asupan pokok. Air susu ini mengandung banyak zat gizi, termasuk natrium dan mineral. Karena itu, anak belum terlalu membutuhkan garam pada masa pemberian ASI eksklusif. Jika buah hati sudah memasuki usia satu tahun, barulah Anda dapat memberikan garam dengan kadar yang tak terlalu banyak. "Perhatikan jumlahnya, terlalu banyak juga berisiko," kata dokter anak, Franda Prawita.
3. Hipertensi
Anak yang sering menyantap makanan dengan banyak kandungan garam berpotensi lebih besar mengidap penyakit darah tinggi atau hipertensi. Sebuah penelitian menyebutkan, sejumlah anak yang sejak usia enam bulan mendapatkan banyak asupan garam memiliki tekanan darah lebih tinggi ketimbang mereka yang berdiet garam.
Anak yang sering menyantap makanan dengan banyak kandungan garam berpotensi lebih besar mengidap penyakit darah tinggi atau hipertensi. Sebuah penelitian menyebutkan, sejumlah anak yang sejak usia enam bulan mendapatkan banyak asupan garam memiliki tekanan darah lebih tinggi ketimbang mereka yang berdiet garam.
"Setelah berusia 15 tahun, kondisi tekanan darah anak yang melakukan diet garam ternyata tetap rendah," tulis ahli gizi Tuti Soenardi, dalam buku Agar Terhindar dari Penyakit Degenaratif Saat Dewasa.
4. Jantung
Mengonsumsi garam memang tak secara langsung menyebabkan bayi terkena penyakit jantung. Namun akibat meningkatnya potensi hipertensi, peluang anak terkena gejala penyakit jantung juga semakin lebar. Apalagi jika pemberian perasa makanan, dengan kadar cukup banyak, terus terjadi hingga si anak menginjak remaja. "Tapi sepanjang anak sehat kala lahir, penyakit seperti ini memang jarang ditemui," kata Leana.
Mengonsumsi garam memang tak secara langsung menyebabkan bayi terkena penyakit jantung. Namun akibat meningkatnya potensi hipertensi, peluang anak terkena gejala penyakit jantung juga semakin lebar. Apalagi jika pemberian perasa makanan, dengan kadar cukup banyak, terus terjadi hingga si anak menginjak remaja. "Tapi sepanjang anak sehat kala lahir, penyakit seperti ini memang jarang ditemui," kata Leana.
5. Retensi cairan
Garam natrium berkaitan erat dengan jumlah cairan dalam tubuh. Karena garam memiliki sifat menyerap cairan. Konsumsi garam berlebih pun dapat menyebabkan terjadinya penumpukan cairan dalam tubuh.
Garam natrium berkaitan erat dengan jumlah cairan dalam tubuh. Karena garam memiliki sifat menyerap cairan. Konsumsi garam berlebih pun dapat menyebabkan terjadinya penumpukan cairan dalam tubuh.
Penumpukan ini juga terjadi pada pembuluh darah. Akibatnya, ginjal kesulitan mengeliminasi kadar garam. Kalau sudah begini, cairan akan tetap bertahan dan menyebabkan pembengkakan pada beberapa bagian tubuh.